Results for 'filsafat-sebagai-kembara'

301 found
Order:
  1.  14
    Challenges, Implications, And Inspirations For Philosophy Of Tim Ingold’s Wayfaring.A. Bastian N. Limahekin - 2020 - Diskursus - Jurnal Filsafat dan Teologi STF Driyarkara 13 (1):1-24.
    Tim Ingold is known in contemporary Anglophone social anthropology to be an original thinker who dares to think outside the mainstream of the discipline. His anthropological works are philosophically informed and heavily influenced by phenomenology. They account for and pay heed to “life,” to the dynamism taking place in all the observed things, including non-living beings. Central to his anthropology of life is the notion of wayfaring. This article purports to introduce this notion and to explore the challenges, implications and (...)
    No categories
    Direct download (2 more)  
     
    Export citation  
     
    Bookmark  
  2.  12
    Filsafat Sebagai Ancilla Theologiae dan Implementasinya Pada Masa Kini.Made Nopen Supriadi - 2019 - Sesawi 1 (1):31-42.
    Philosophical thinking exists in every human being. But is it true that every philosophical thought is true? Many believers today still have anti-philosophical characteristics. Even though historical facts show that each era has its own philosophical challenges. The historical part of Christianity has shown that there is a good integration between theology and philosophy, so philosophy is said to be ancilla theologiae. Therefore the article was written to try to help believers in the theological understanding of philosophical principles as ancilla (...)
    Direct download  
     
    Export citation  
     
    Bookmark  
  3.  10
    Fenomenologi Sebagai Filsafat dan Usaha Kembali Ke Permulaan.Thomas Hidya Tjaya - 2015 - Diskursus - Jurnal Filsafat dan Teologi STF Driyarkara 14 (2):221.
    Abstrak: Dalam pengantar pada karyanya Phenomenology of Perception, Merleau-Ponty praktis mengidentikkan filsafat dengan fenomenologi sebagai usaha untuk mempelajari kembali bagaimana cara melihat dunia. Dalam upaya tersebut ia mengajak pembaca, mengikuti slogan khas fenomenologi Husserl, untuk kembali ke permulaan atau bendabenda itu sendiri. Yang menarik adalah bahwa permulaan yang dianalisis oleh Merleau-Ponty justru tubuh manusia, sebuah dimensi yang cenderung dipandang rendah dalam sejarah filsafat Barat. Ia tidak sendirian dalam hal ini, mengingat dalam fenomenologinya Levinas juga menekankan sensibilitas (...) locus etika. Menurut penulis, gerakan fenomenologi menuju hal yang sensibel (the sensible) ini tidaklah mengubah hakikat filsafat sebagai usaha untuk mencari asal mula realitas. Realitas yang tersingkap dalam orientasi demikian justru menjadi lebih integral dan komprehensif daripada apa yang selama ini dikenal dalam sejarah filsafat dan sains. Meskipun demikian, orientasi pada pengalaman konkret manusia untuk menggali dasar realitas secara potensial menimbulkan masalah bagi fenomenologi itu sendiri yang selalu ingin kembali ke permulaan. Kata-kata Kunci: Fenomenologi, asal mula, permulaan, ada-dalam-dunia, sains. Abstract: In the Preface to his work Phenomenology of Perception Merleau-Ponty virtually identifies philosophy with phenomenology as a way of relearning to see the world. For this purpose he invites the reader, following the catchphrase in Husserl’s phenomenology, to return to the beginning or the things themselves. What is interesting is that the beginning that Merleau-Ponty analyzes is the human body, which belongs to a dimension that tends to be despised in the history of Western philosophy. He is not alone in this type of investigation, as Levinas also emphasizes sensibility as the locus of ethics. The author argues that the phenomenological movement towards the sensible does not alter the nature of philosophy as an attempt to seek for the nature of reality. The reality as disclosed in this analysis can be more integral and comprehensive than what is usually presented in the history of philosophy and science. The orientation towards the concrete dimension of human life in search for the foundation of reality, however, may cause a problem for phenomenology itself insofar as it always tries to return to the beginning. Keywords: Phenomenology, origin, beginning, being-in-the-world, science. (shrink)
    No categories
    Direct download (2 more)  
     
    Export citation  
     
    Bookmark  
  4.  15
    Filsafat jiwa ikhwan al-shafa sebagai basis konsep pendidikan.Muhamad Rum - 2021 - Kanz Philosophia a Journal for Islamic Philosophy and Mysticism 7 (1):111-134.
    Penelitian ini bertujuan untuk membantah pernyataan kaum materialisme yang cenderung menolak keberadaan jiwa sebagai dimensi yang penting bagi manusia khususnya yang berkaitan dengan pendidikan. Adapun latar belakang masalahnya adalah aliran materialism menyatakan bahwa realitas fisiklah yang hakiki dan kelompok ini juga menolak adanya realitas immateri. Dalam kaitannya dengan pendidikan fisiklah yang berperan secara total dalam proses abstraksi. Dengan pendidikan dimaksudkan dapat menjadikan manusia semakin baik dan mampu meningkatkan ekonomi yang lebih baik pula. Disamping itu, Pendidikan kaum borjuis disebut (...) proses produksi, yakni memproduksi pengetahuan, manusia yang bisa mereka gunakan dalam kehidupan kapitalisme. Tujuan pendidikan semacam ini akan mereduksi makna pendidikan sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan dan potensi yang dimiliki manusia. Potensi ruhaniah manusia akan terlupakan dan tidak penting untuk dikembang dengan maksimal. Oleh karenanya penulis menyanggah argumen diatas menggunakan pemikiran Ikhwan AL-Shafa yang menyatakan bahwa pendidikan pada dasarnya adalah proses aktualisasi potensi-potensi jiwa yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta. Jika keberhasilan pendidikan materialisme diukur dengan berhasilnya seseorang dalam peningkatan kualitas sosial dan meningkatkan kualitas hidupnya sedangkan keberhasilan pendidikan menurut Ikhwan Al-Shafa adalah apabila manusia mampu mencerminkan akhlak yang mulia dan semakin dekat dengan tuhannya. Metode yang penulis gunakan dalam penelitan ini adalah metode deskriptif dan analaisis dengan mengacu pada sumber-sumber primer Rasail Ikhwan Al-Shafa dan sekunder yang terkait dengan penelitian ini. Kesimpulan penelitaian ini adalah pendidikan tidak bisa dilepaskan dengan aspek immateri berupa jiwa yang mana segala potensi yang terdapat pada manusia bersumber pada potensi jiwa, selain itu jiwa juga menjadi penggerak raga dalam melaksanakan setiap aktifitasnya. Dengan demikian, jiwalah yang menjadi dasar dalam pendidikan manusia bukan berbasis pada materi. (shrink)
    No categories
    Direct download (2 more)  
     
    Export citation  
     
    Bookmark  
  5.  9
    Rasio sebagai pedoman, rasa sebagai acuan: konseptualisasi dan aktualisasi filsafat kawruh jiwa Ki Ageng Suryomentaram.Afthonul Afif (ed.) - 2019 - Sorowajan Baru, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta: Basabasi.
    On Ki Ageng Suryamentaram and his thoughts on Javanese philosophy and ethics; collection of articles.
    Direct download  
     
    Export citation  
     
    Bookmark  
  6. Ateisme sebagai dasar etika, sebuah studi atas filsafat sensualistik Feuerbach.Simon-Petrus L. Tjahjadi - 2016 - In Francisco Budi Hardiman & J. Sudarminta (eds.), Dengan nalar dan nurani: Tuhan, manusia, dan kebenaran: 65 tahun Prof. Dr. J. Sudarminta, S.J. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
     
    Export citation  
     
    Bookmark  
  7.  25
    Filsafat Inteligen.Franz Magnis-Suseno - 2022 - Diskursus - Jurnal Filsafat dan Teologi STF Driyarkara 18 (1):124-125.
    AM Hendropriyono 2021, Filsafat Intelijen. Sebuah Esai ke Arah Landasan Berpikir, Strategi, serta Refleksi Kasus-kasus Aktual, Jakarta: PT Hedropriyono Strategic Consulting. Bagi seorang "filosof emeritus" ("filosof afkiran") seperti penulis buku Hendropriyono menarik karena menjadi kelihatan bagaimana seorang 0tokoh yang profesinya jauh dari filsafat dapat memanfaatkan pendekatan filosofis. Yang dimaksud Hendropriyono dengan "filsafat Intelijens" memang bukan filsafat seperti filsafat moral atau filsafat politik atau filsafat manusia. Melainkan filsafat sebagai cara seorang tokoh inteligens (...)
    No categories
    Direct download (2 more)  
     
    Export citation  
     
    Bookmark  
  8.  16
    Hukum Sebagai Interpretasi.Petrus Ckl Bello - 2020 - Diskursus - Jurnal Filsafat dan Teologi STF Driyarkara 11 (1):61-78.
    The issue of interpretation is one of the major themes in the study of law and legal practices. Nonetheless, while legal interpretation plays a crucial role in the study of law, scholars have yet to reach an agreement about its nature and status in the discipline. One of the most prolific legal philosophers who is deeply engaged in the discourse of this issue is Ronald Dworkin. This article will examine his views on law as an interpretation. The constructive interpretation model (...)
    No categories
    Direct download (2 more)  
     
    Export citation  
     
    Bookmark  
  9.  66
    Filsafat Intelijen.Franz-Magnis Suseno - 2022 - Diskursus - Jurnal Filsafat dan Teologi STF Driyarkara 18 (1):124-125.
    Bagi seorang "filosof emeritus" ("filosof afkiran") seperti penulis buku Hendropriyono menarik karena menjadi kelihatan bagaimana seorang tokoh yang profesinya jauh dari filsafat dapat memanfaatkan pendekatan filosofis. Yang dimaksud Hendropriyono dengan "filsafat Intelijens" memang bukan filsafat seperti filsafat moral, filsafat politik, atau filsafat manusia. Melainkan filsafat sebagai cara seorang tokoh intelijens Indonesia menjalankan tugasnya, mengumpulkan pengetahuan tentang ancaman-ancaman tersembunyi yang dihadapi suatu negara, dalam kasus ini, Indonesia. Dalam definisi Hendropriyono: "Filsafat intelijen memahami (...)
    No categories
    Direct download (2 more)  
     
    Export citation  
     
    Bookmark  
  10.  29
    Filsafat Politik Arendtian.Muhammad Imadudin - 1970 - Kanz Philosophia a Journal for Islamic Philosophy and Mysticism 7 (2):159-184.
    Abstrak Arendt banyak dikenal, baik sebagai seorang ilmuwan politik, maupun seorang filsuf. Para sarjana mendiskusikan ide-idenya, beserta korespondensi ide-ide tersebut dengan situasi politik kontemporer; baik di Indonesia, maupun di tempat lain di dunia. Gagasan Arendt tentang banalitas kejahatan, tentang kekerasan dan tentang asal usul totalitarianisme telah mendorong penelitian dan analisis lebih lanjut tentang masalah fenomena populisme, intoleransi dan polarisasi politik di Indonesia kontemporer, serta di belahan dunia lainnya. Tulisan ini membahas korespondensi antara filsafat politik Arendtian dengan Pancasila dan (...)
    No categories
    Direct download (2 more)  
     
    Export citation  
     
    Bookmark  
  11.  5
    Demokrasi Sebagai Pola Hidup Menurut John Dewey.C. B. Mulyatno - 2011 - Diskursus - Jurnal Filsafat dan Teologi STF Driyarkara 10 (1):1-29.
    John Dewey expresses repeatedly that the significance of democracy is more than political discourse. He invites us to realize that democracy is primarily moral idea that animates a process of living and should be actualized continuously. He underlines that the idea of liberty, equality and fraternity, which is the democratic trinity, is ethical ideal of humanity in which personality is at the centre of reflection. Every human individual is free to actualize its self-realization. His liberty is based on the belief (...)
    Direct download (2 more)  
     
    Export citation  
     
    Bookmark  
  12.  11
    Status Tuhan dalam Filsafat Teoretis Immanuel Kant.Martinus Ariya Seta - 2016 - Diskursus - Jurnal Filsafat dan Teologi STF Driyarkara 15 (1):69.
    Abstrak: Di dalam filsafat teoretis Kant, status Tuhan bukan lagi transenden tetapi transendental. Perubahan status Tuhan menjadi transendental memiliki dampak ganda. Di satu sisi, Kant memberikan pendasaran rasionalitas konsep Tuhan. Akan tetapi di sisi lain, Kant menghindari penegasan terhadap eksistensi Tuhan. Menurut Kant, konsep Tuhan adalah sebuah ide regulatif. Ide regulatif tidak memiliki referensi di luar pikiran manusia. Kant hanya menegaskan urgensi logis konsep Tuhan bagi kesatuan pengetahuan. Akan tetapi, urgensi logis tidak cukup memadai sebagai argumen pembuktian eksistensi (...)
    No categories
    Direct download (2 more)  
     
    Export citation  
     
    Bookmark  
  13.  12
    Sains Sebagai Keselamatan Dalam Pandangan Francis Bacon.Karlina Supelli - 2015 - Diskursus - Jurnal Filsafat dan Teologi STF Driyarkara 14 (1):101-140.
    Abstrak: Sains sebagai keselamatan adalah ungkapan yang kerap digunakan secara peyoratif untuk menggambarkan dampak sains dan teknologi yang mencelakakan manusia. Artikel ini akan menunjukkan bahwa ide ‘sains sebagai keselamatan’ dapat dilacak ke Francis Bacon (1561-1626) dan ditafsirkan secara ketat menurut doktrin keselamatan Kristiani. Bacon merancang suatu program raksasa untuk meningkatkan proses pembelajaran dan pembaharuan pengetahuan. Namun, pada abad ke-16, setiap upaya untuk mencanangkan perluasan pengetahuan perlu terlebih dulu merehabilitasi status moral pengetahuan yang diasosiasikan dengan petaka di Firdaus, yang (...)
    No categories
    Direct download (2 more)  
     
    Export citation  
     
    Bookmark  
  14.  8
    Penggembalaan sebagai Praktik Ekaristi.Finki Rianto Kantohe - 2022 - Diskursus - Jurnal Filsafat dan Teologi STF Driyarkara 18 (1):94-119.
    Tulisan ini merupakan sebuah kajian yang berusaha menggali konsep penggembalaan dan relasinya dengan ekaristi dalam Yohanes 21:15-19. Dengan menggunakan pendekatan eksegetis, penulis mencoba menyoroti kata demi kata, baik secara etimologis maupun konteks, serta melakukan survey Injil Yohanes secara komprehensif, agar dapat melihat secara luas mengenai Injil yang dirujuk, dan kemudian berfokus seputar Yohanes 21 mengenai dialog antara Yesus dan Petrus, dengan mengoneksikannya dengan konteks dekat, yaitu Yohanes 21:1-14 dan Yohanes 21:20-23, maupun konteks jauh, yaitu keseluruhan Injil Yohanes. Selain itu, dalam (...)
    No categories
    Direct download (2 more)  
     
    Export citation  
     
    Bookmark  
  15.  28
    Kritik terhadap Filsafat Pendidikan Jacques Rancière.Clemens Dion Yusila Timur - 2024 - Diskursus - Jurnal Filsafat dan Teologi STF Driyarkara 20 (1):56-96.
    This article contains four criticisms against Jacques Rancière's philosophy of education, insofar as his philosophy is written in his work The Ignorant Schoolmaster. In the first criticism, Rancière's presupposition of equality of intelligence would be framed as a truth claim and to the extent that it can be treated as such, Rancière's argument contains a number of defects. The second criticism underscores the distinction between inequality of intelligence and inequality of knowledge Rancière confuses. The third criticism concerns the contradiction between (...)
    No categories
    Direct download (2 more)  
     
    Export citation  
     
    Bookmark  
  16.  15
    Untuk Apa Filsafat Hukum? Problem Metodologi Setelah Debat Hart/Dworkin.Tanius Sebastian - 2020 - Diskursus - Jurnal Filsafat dan Teologi STF Driyarkara 17 (1):102-136.
    Abstrak: Tulisan berikut membahas pemikiran hukum Anglo-Amerika yang dikenal sebagai filsafat hukum. Dua pokok yang dibahas adalah masalah metodologi dan debat Hart/Dworkin. Inti pertanyaan yang dikaji di sini berkenaan dengan hakikat filsafat hukum. Untuk itu lang- kah yang diambil adalah dengan menelusuri situasi debat Hart/ Dworkin dan sesudahnya sebagai suatu debat metodologis dan kemudian menggunakannya untuk mengurai pertanyaan tadi. Debat tersebut telah memicu suatu palingan metodologis dalam filsafat hukum analitik yang lantas mengubah fokus dan makna (...)
    No categories
    Direct download (2 more)  
     
    Export citation  
     
    Bookmark  
  17.  12
    Solidaritas Sebagai Norma Dasar Dalam Etika Paulus.Martin Harun - 2020 - Diskursus - Jurnal Filsafat dan Teologi STF Driyarkara 11 (1):79-100.
    Solidarity, a modern word and concept, has old roots in the concept of koinonia (fellowship) as it is understood in the New Testament. David G. Horrell even maintains that what we now call solidarity, functions as a meta norm in Paul’s ethics, since phenomena of solidarity are clearly present in the central elements of Paul’s community building. Reference is made to the two basic rituals, Baptism and the Lord’s Supper, which build unity in diversity; to the most frequently used form (...)
    No categories
    Direct download (2 more)  
     
    Export citation  
     
    Bookmark  
  18.  9
    Membaca Materialitas Ilmu Berdasarkan Filsafat Teknologi Don Ihde.Budi Hartanto - 2020 - Diskursus - Jurnal Filsafat dan Teologi STF Driyarkara 13 (2):193-221.
    Abstrak: Artikel ini membahas relevansi teknologi dalam diskursus filsafat ilmu. Saya merujuk pada fenomenologi instrumentasi Don Ihde yang berfokus pada pemikiran tentang intensionalitas instrumental. Instrumen bersifat non-netral yang menentukan bagaimana kita menggapai pengetahuan. Menurut Ihde, ilmu menubuh dengan teknologi. Ia berargumen filsafat ilmu mesti mempertimbangkan pentingnya praksis dan instrumentasi alih-alih teoritisasi. Selain itu akan dibahas problem persepsi dalam ilmu dengan berpijak pada pemikiran Ihde tentang hermeneutika material. Dengan hermeneutika ini, kita menyadari bahwa materialitas ilmu bersifat reduktif terhadap kompleksitas (...)
    No categories
    Direct download (2 more)  
     
    Export citation  
     
    Bookmark  
  19.  15
    Manusia Sebagai “Kami”Menurut Plotinos.A. Setyo Wibowo - 2020 - Diskursus - Jurnal Filsafat dan Teologi STF Driyarkara 13 (1):25-54.
    Abstrak: Bertitiktolak dari teori Prosesi (proodos) realitas, Plotinos menyatakan bahwa manusia adalah sebuah pluralitas, sebuah “kami,” di mana sebagai bagian utuh dari realitas, jiwa manusia merangkumi di dalamnya ketiga hipostasis intellingibel (Yang Satu, Intellek, Jiwa). Kesatuan aktual manusia dengan dunia intelligibel diungkapkan Plotinos dalam doktrinnya yang kontroversial tentang bagian jiwa manusia yang tidak turun ke dunia. Pemikiran Plotinos ini merupakan rangkuman orisinal atas ajaran-ajaran Platon tentang imortalitas jiwa, doktrin hylemorfisme Aristoteles dalam ranah Fisika—kategori-kategori forma, materia, potentia actus, entelekheia, dan (...)
    No categories
    Direct download (2 more)  
     
    Export citation  
     
    Bookmark  
  20.  20
    Manusia Berdaya (Homo Capax) sebagai Fondasi Antropologi Filosofis dari Etika Belarasa dalam Konteks Pemulihan Korban Kekerasan Seksual menjadi Penyintas.David Tobing - 2023 - Diskursus - Jurnal Filsafat dan Teologi STF Driyarkara 19 (1):19-53.
    As a traumatic event, sexual violence does not only take a physical and psychological toll on the victims, but also causes existential crisis. In this light, we cannot restore the wellbeing of victims of sexual violence without restoring their own capability to exist as human beings in wholeness. Based on that condition, this article attempts to answer two problems: (i) what kind of ethics do we need in order to help victims of sexual violence restore their own existence as whole (...)
    No categories
    Direct download (2 more)  
     
    Export citation  
     
    Bookmark  
  21.  5
    Ketuhanan dalam Perspektif Filsafat (Perbandingan atas Pemikiran Timur dan Barat).Fadlan Noor - 2020 - Dissertation, Datokarama State Islamic University
    Penelitian ini menekankan pada bagaimana manusia di sepanjang sejarah dapat merumuskan konsepsi mereka berkenaan dengan ketuhanan. Timur yang dahulu merupakan pusat peradaban, hidup di tengah-tengah pertikaian antar peradaban dan perbedaan kelas yang didominasi oleh laki-laki atau kaum patriark, menilai Tuhan dalam perspektif laki-laki dengan sifat maskulinitasnya. Sementara Barat (pasca-Aufklarung) yang kembali membuka ruang diskusi ilmiah mereka, mencoba untuk kembali ke dalam gagasan terkuno manusia mengenai sifat-sifat alam yang dinilai memiliki sifat-sifat feminin, yang oleh para eco-feminis sebut sebagai “The Mother (...)
    No categories
    Direct download  
     
    Export citation  
     
    Bookmark  
  22.  11
    Martabat Manusia Sebagai Basis Etis Masyarakat Multikultural.Otto Gusti Madung - 2020 - Diskursus - Jurnal Filsafat dan Teologi STF Driyarkara 11 (2):160-173.
    Since the issue of the war against global terrorism emerged, the discourse surrounding the concept of human dignity returns as a normative basis for the protection of basic human rights. The term human dignity has existed since the days of ancient Greek philosophy and was further developed in dialogue with medieval Christian theology and the secular thought of modern times. This article places special emphasis on the understanding of human dignity as defined by a secular thinker and exponent of the (...)
    No categories
    Direct download (2 more)  
     
    Export citation  
     
    Bookmark  
  23.  13
    Kerajaan Allah Sebagai Inti Kehidupan Dan Perutusan Yesus.Martin Chen - 2020 - Diskursus - Jurnal Filsafat dan Teologi STF Driyarkara 11 (2):233-250.
    The Kingdom of God is central to the whole message of Jesus Christ. Through the kingdom of God, we can discover and understand the entire mission of Jesus. The Kingdom of God is the embodiment of God’s saving presence in human life. Compared with the Jewish religious movements of that era, especially the apocalyptic movement, which also awaited the coming of the Kingdom of God, Jesus’ preaching about the kingdom of God has a special feature, that the Kingdom of God (...)
    No categories
    Direct download (2 more)  
     
    Export citation  
     
    Bookmark  
  24.  15
    Pendidikan bagi Manusia sebagai Pengada Yang Nestapa.Harry Kristanto - 2022 - Diskursus - Jurnal Filsafat dan Teologi STF Driyarkara 18 (2):164-191.
    In almost every aspect of life, human being always tries to seek happiness. At the same time, we tend to avoid situations which may lead to unhappiness. In fact, there are two undeniable phenomena that negate this tendency, namely, first, happiness has become a commodity that is packaged, advertised, and marketed. Second, despair and other forms of crisis often understood as the antithesis of happiness are actually the existential experiences of every human being. This obsession towards happiness has also infiltrated (...)
    No categories
    Direct download (2 more)  
     
    Export citation  
     
    Bookmark  
  25.  9
    Hegemoni Kerja Imaterial Sebagai Peluang Resistensi Terhadap Kapitalisme Dalam Perspektif Autonomia.A. Galih Prasetyo - 2020 - Diskursus - Jurnal Filsafat dan Teologi STF Driyarkara 12 (2):217-252.
    Abstrak: Kapitalisme kontemporer dicirikan oleh beberapa transformasi makro-struktural, seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Salah satu dari transformasi paling drastis terjadi di dalam aktivitas kerja. Sebagai aktivitas utama yang mendorong akumulasi modal, dunia kerja hari ini ditandai oleh hegemoni kerja imaterial. Artikel ini menyajikan pikiran dan gagasan dari Autonomia, sebuah “aliran pemikiran” kontemporer dari Italia yang merenungkan sifat dan karakter dari jenis kerja “baru” tersebut. Para pemikir Autonomia berargumen bahwa hegemoni kerja imaterial memberikan tantangan dan peluang baru dalam (...)
    No categories
    Direct download (2 more)  
     
    Export citation  
     
    Bookmark  
  26.  10
    Konsep Liberalisme Politik John Rawls sebagai Jawaban terhadap Tantangan Masyarakat Plural dan Kritik atasnya.Otto Gusti Ndegong Madung - 2022 - Diskursus - Jurnal Filsafat dan Teologi STF Driyarkara 18 (2):218-237.
    This article aims to explore critically John Rawls’ concept of political liberalism which is meant to be a response to the conflict and contestation of ideologies, religions, and other comprehensive doctrines in contemporary plural society. The key question is how the universalized principles of justice can be formulated in the conditionof radical pluralism characterized by contestation of different comprehensive doctrines. In answering this question, John Rawls suggests the concept of overlapping consensus and public reason. While taking accountof the fundamental contribution (...)
    Direct download (2 more)  
     
    Export citation  
     
    Bookmark  
  27.  64
    Hiposubjektivitas Timothy Morton: Sebuah Tawaran Filsafat Manusia di Era Antroposen.Devananta Rafiq - 2024 - Diskursus - Jurnal Filsafat dan Teologi STF Driyarkara 20 (2):293-327.
    Melalui pandangan Timothy Morton tentang ‘hiposubjektivitas’, artikel ini mencoba memberikan alternatif baru terhadap filsafat manusia yang tidak antroposentris. Antroposentrisme sendiri merupakan paradigma yang memberikan keistimewaan bagi manusia secara kosmologis, epistemik, dan aksiologis. Pandangan alternatif penting karena krisis lingkungan skala besar sedang terjadi dengan akibat kehidupan pada biosfer terancam punah hingga memunculkan usulan klasifikasi waktu geologis baru: dari kala Holosen menjadi Antroposen. Secara ironis, kala Antroposen menunjukkan di satu sisi kebenaran premis antroposentris bahwa kedigdayaan manusia telah berhasil mengintervensi kondisi non-manusia, (...)
    Direct download (3 more)  
     
    Export citation  
     
    Bookmark  
  28.  18
    M. Sastrapratedja, Lima Gagasan Yang Dapat Mengubah Indonesia, Jakarta: Pusat Kajian Filsafat dan Pancasila, 2013, 413 hlm. [REVIEW]Franz Magnis-Susesno - 2020 - Diskursus - Jurnal Filsafat dan Teologi STF Driyarkara 13 (1):138-142.
    Lima gagasan yang dapat mengubah Indonesia itu tentu Pancasila. Sebagaimana ditulis Jakob Oetama dalam kata pengantar buku Profesor Sastrapratedja, sudah sangat mendesak untuk mengaktualisasikan kembali Pancasila. Pancasila sudah lama berada dalam bahaya, bukan karena masih ada kekuatan politik yang mempersoalkannya, melainkan karena dukungan terhadap Pancasila cenderung menguapkan maknanya. Di masa Demokrasi Terpimpin Pancasila semakin dikesampingkan oleh semboyan-semboyan lain di mana yang paling tragis adalah NASAKOM. Di masa Orde Baru Pancasila dinyatakan sakti dan sesudahnya jutaan saudara dan saudari sebangsa dibunuh, dikucilkan, (...)
    No categories
    Direct download (2 more)  
     
    Export citation  
     
    Bookmark   1 citation  
  29.  35
    Disposisi Dan Keniscayaan Sebagai Modalitas Hukum Alam.Martin Suryajaya - 2020 - Diskursus - Jurnal Filsafat dan Teologi STF Driyarkara 12 (1):1-31.
    A debate is growing today about the ontological status of disposition in relation to the modality of natural law. This debate arose after the failure of Humean actualism to explain the basis of causality. Categoricalism tries to overcome the weaknesses of actualism by restoring the concept of disposition that is reduced to a set of categorical properties. Through such a move, categoricalism hopes to explain the basis of the disposition and yet fails to guarantee the necessity of natural law. Another (...)
    No categories
    Direct download (2 more)  
     
    Export citation  
     
    Bookmark  
  30.  25
    Raymundus Sudhiarsa SVD, Paulinus Yan Olla, MSF (ed.) Menjadi Gereja Indonesia yang Gembira dan Berbelaskasih Dulu, Kini dan Esok Seri Filsafat Teologi Widya Sasana, Malang: STFT Widya Sasana 2015, 460 hal. [REVIEW]Franz Magnis-Suseno - 2020 - Diskursus - Jurnal Filsafat dan Teologi STF Driyarkara 17 (1):140-142.
    Buku kedua suntingan Raymundus Sudhiarsa dan Paulinus Yan Olla (2015) memuat duapuluh tulisan — sumbangan dosen-dosen STFT Widya Sasana pada hari Studi 2015 — yang berfokus pada dua dokumen tulisan kunci Paus Fransiskus: “Evangelii Gaudium” (2013) dan “Misericodiae Vultus” (2015). Hari Studi itu mengangkat pertanyaan bagaimana menjawab tantangan agar Gereja Indonesia menjadi “gem- bira dan berbelaskasih.” Tulisan-tulisan ini dibagi dalam empat kelom- pok: Tinjauan historis, tinjauan biblis, tinjauan filosofis dan sosio-kultural, dan tinjauan teologis-pastoral, disusul penutup. Saya membatasi diri pada beberapa (...)
    No categories
    Direct download (2 more)  
     
    Export citation  
     
    Bookmark  
  31.  15
    A. Setyo Wibowo - Haryanto Cahyadi Mendidik Pemimpin dan Negarawan Dialektika Filsafat Pendidikan Politik Platon. Dari Yunani Antik Hingga Indonesia Yogyakarta: Penerbit Lamalera 2014, xvi+385 hlm. [REVIEW]Franz Magnis-Suseno - 2020 - Diskursus - Jurnal Filsafat dan Teologi STF Driyarkara 13 (2):270-275.
    Buku yang ditulis oleh Dr. A. Setyo-Wibowo (SW) dan Haryanto Cahyadi, M. Hum. (HC), dua-duanya dosen filsafat, yang satu di Jakarta, yang satu di Jayapura, ini betul-betul memperkaya pustaka tentang filsafat dalam bahasa Indonesia. Platon tetap salah satu filosof terbesar, kalau bukan filosof terbesar segala zaman. Dalam buku ini para penulis mengantar pembaca ke jantung filsafat Platon. Mereka melakukannya dengan membawa pembaca ke dalam teks-teks kunci Platon. Yang mereka angkat adalah pemikiran Platon tentang pendidikan. Pendidikan bukan salah (...)
    No categories
    Direct download (2 more)  
     
    Export citation  
     
    Bookmark  
  32.  13
    Teologi Ingatan Sebagai Dasar Rekonsiliasi Dalam Konflik.Binsar Jonathan Pakpahan - 2020 - Diskursus - Jurnal Filsafat dan Teologi STF Driyarkara 12 (2):253-277.
    Abstrak: Dengan semakin majunya teknologi “memori,” sekarang dunia menghadapi cara baru untuk menyelesaikan ingatan-ingatan traumatis- nya. Kecenderungan (trend) baru menunjukkan bahwa mengingat, dan bukan melupakan, adalah langkah penting untuk menyelesaikan konflik menuju rekonsiliasi sejati. Teologi Kristen menawarkan kesempatan untuk mengalami kesembuhan dari ingatan yang menyakitkan dalam anamnesis dalam perayaan Ekaristi. Tiga orang teolog dari latar belakang berbeda membantu merumuskan bagaimana mengingat dapat terjadi dalam proses rekonsiliasi. Johann Baptist Metz meminta kita untuk meng- ingat mereka yang menderita. Alexander Schmemann mengatakan bahwa (...)
    No categories
    Direct download (2 more)  
     
    Export citation  
     
    Bookmark  
  33.  23
    Alphonsus Tjatur Raharso, Paulinus Yan Olla, Yustinus (ed.) Mengabdi Tuhan dan Mencintai Liyan: Penghayatan Agama di Ruang Publik yang Plural Seri Filsafat Teologi Widya Sasana, Malang: STFT Widya Sasana 2017, 324 hal. [REVIEW]Franz Magnis-Suseno - 2020 - Diskursus - Jurnal Filsafat dan Teologi STF Driyarkara 17 (1):143-144.
    Buku ketiga (suntingan Alphonsus Tjatur Raharso dan Paulinus Yan Olla 2017) memuat 20 makalah dari Hari Studi tahun 2017 STFT Widya Sasana. Tulisan-tulisan ini semua mengangkat, dari pelbagai segi dan dengan cara-cara yang berbeda, tantangan-tantangan bagi umat Katolik yang berasal dari kenyataan bahwa umat Katolik adalah minoritas kecil dalam suatu bangsa yang amat majemuk. Atau, lebih tepat, dari kenya- taan bahwa saat ini kebhinekaan dan toleransi mengalami “ujian berat.” Tulisan-tulisan ini dibagi tiga.............................................................. Tiga tulisan terakhir kembali membahas kehadiran Gereja (Katolik) (...)
    No categories
    Direct download (2 more)  
     
    Export citation  
     
    Bookmark  
  34.  15
    Pierre Hadot, Philosophy as a Way of Life, trans. by M. Chase, Cambridge: Harvard UP, 1999, x + 309 hlm. (PWL); Pierre Hadot, What is Ancient Philosophy?, trans. by M. Case, Cambridge: Harvard UP, 2004, xiv + 362 hlm. (WAP). [REVIEW]Haryanto Cahyadi - 2017 - Diskursus - Jurnal Filsafat dan Teologi STF Driyarkara 16 (2):226-235.
    Tidak bisa disangkal bahwa filsafat Barat dewasa ini hampir identik dengan wacana filosofis (philosophical discourse), berupa konsep, teori, atau sistem, yang umumnya berkembang dinamis dan dipelajari sebagai disiplin keilmuan dalam lingkungan akademis melalui satuan kurikulum perguruan tinggi modern. Maka tidak mengherankan bila filsafat cenderung identik dengan filsafat akademis (academic philosophy). Namun berkat dua buku Pierre Hadot (1922-2010) kita terbantu untuk menyadari hilangnya sebagian besar pemahaman filsafat itu sendiri terutama wawasan klasik yang mengungkapkan fokus utama penghayatan (...)
    No categories
    Direct download (2 more)  
     
    Export citation  
     
    Bookmark  
  35.  15
    Rebekka A. Klein, Sociality as the Human Condition: Anthropology in Economic, Philosophical and Theological Perspective, transl. Martina Sitling, Leiden and Boston: Brill, 2011, 324 hlm. [REVIEW]Thomas Hidya Tjaya - 2020 - Diskursus - Jurnal Filsafat dan Teologi STF Driyarkara 12 (1):131-133.
    Dimensi sosial manusia telah lama menjadi subjek telaah filsafat sebagai wujud kesadaran bahwa manusia adalah zoon politikon (Aristoteles) atau homo sociale (Seneca). Pertanyaan umum yang biasa diajukan adalah, apakah manusia memang mampu bertindak secara altruistik, atau apakah manusia memiliki empati alamiah. Analisis ini tentu saja tidak dimonopoli oleh filsafat saja. Belakangan ini, ilmu-ilmu alam dan sosial seperti ekonomi, sosiobiologi, dan neurosains juga terlibat dalam studi atas dimensi yang dipandang khas pada manusia ini. Dalam ranah yang disebut (...) “ekonomi eksperimental,”’ misalnya, dipelajari perilaku kerjasama antarindividu yang hasilnya diharapkan dapat menjelaskan dasar perilaku sosial manusia. Dalam buku yang terdiri atas empat bab besar ini dianalisis berbagai pandangan mengenai relasi sosial manusia dalam konteks antropologi interdisipliner. Pengarang memperlihatkan perbedaan pandangan mengenai sosialitas dalam setiap bidang ilmu. Dalam disiplin neuroekonomi, sosialitas dipahami sebagai struktur preferensi perilaku manusia yang berakar pada neurobiologi. Dalam fenomenologi sosial dan etika, istilah ini mengacu pada struktur dasar perbedaan dan relasionalitas dalam relasi antarmanusia. Teologi sendiri melihat sosialitas sebagai struktur relasi manusia dengan Tuhan dan sesama. Pengarang buku ini menunjukkan bahwa konsep mengenai aspek sosial manusia dalam bidang-bidang ini memang tidak sama, dan karena itu, pemahaman mengenai sosialitas manusia perlu dibangun berdasarkan konteks disiplin yang bersangkutan........................... Pembahasan atas topik sosialitas dalam buku ini memang sangat luas dan kaya karena melibatkan banyak pemikir dalam bidang ini seperti Hannah Arendt, Thomas Hobbes, Ernesto Laclau, Chantal Mouffe, Axel Honneth, Charles Taylor, Paul Ricoeur, dan Emmanuel Levinas. Dalam pemaparan mengenai relasi antarmanusia dari sudut teologis, pemikiran filsuf-teolog Søren Kierkegaard banyak sekali digunakan. Di satu sisi, kehadiran begitu banyak pemikir dalam buku ini dapat membuat pembaca kewalahan dalam memahami isinya. Di sisi lain, hal ini justru dapat dilihat sebagai salah satu kekayaan buku ini, yang dapat membuka wawasan pembaca dan mengajaknya untuk lebih mendalami pemikiran tokoh tertentu sesuai dengan minatnya. Seluruh studi ini membawa pengarang kepada kesimpulan bahwa hakikat sosialitas manusia tidak- lah dapat dipahami hanya dengan membandingkannya dengan sosialitas hewan, sebagaimana biasanya dilakukan. Pada akhirnya, hakikat ke- manusiaan, termasuk sosialitasnya, akan tersingkap dalam relasi dan interaksi konkret antarmanusia, entah bersifat positif atau negatif. Hanya dengan demikian kita akan memahami siapakah diri kita yang sesungguh- nya sebagai manusia. (Thomas Hidya Tjaya, Program Studi Ilmu Filsafat, Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta). (shrink)
    No categories
    Direct download (2 more)  
     
    Export citation  
     
    Bookmark  
  36.  19
    Problem Fisikalisme Nonreduktif dan Solusi Hilomorfisme Thomistik.Effendi Kusuma Sunur - 2022 - Diskursus - Jurnal Filsafat dan Teologi STF Driyarkara 18 (1):1-26.
    Dalam filsafat pikiran, Fisikalisme Nonreduktif sebagai sebuah posisi filosofis mempunyai beberapa problem akibat komitmen ontologisnya terhadap fisikalisme. Hilomorfisme Thomistik memberikan jalan keluar dari problem yang muncul dari perspektif Fisikalisme Nonreduktif dengan mengacu pada dua prinsip metafisik yakni materi prima dan forma substansial. Yang pertama menunjukkan pentingnya materi bagi sebuah sistem material atau organisme, sedangkan yang kedua menunjukkan pentingnya eksistensi causa formal dan final selain causa efisien. Dengan konsep forma substansial, Hilomorfisme Thomistik memberikan solusi atas masalah-masalah dalam perspektif Fisikalisme (...)
    No categories
    Direct download (2 more)  
     
    Export citation  
     
    Bookmark  
  37.  47
    Melacak makna worldview: Studi komparatif worldview barat, Kristen, Dan Islam.Abdul Rohman, Ahmad Ahmad, Amir Reza & Muhammad Ari Firdausi - 2021 - Kanz Philosophia a Journal for Islamic Philosophy and Mysticism 7 (1):45-64.
    ABSTRAK Dalam artikel ini akan diulas mengenai akar kata worldview dan maknanya, baik dari sisi filsuf Barat, teolog Kristen, maupun ulama’ Islam. Worldview adalah pandangan hidup atau filsafat hidup yang dimiliki setiap orang, juga berupa keyakinan yang mendasar dan berimplikasi terhadap pikiran dan cara pandang seseorang terhadap sesuatu. Artikel ini berjenis kajian kepustakaan dimana data-datanya diambil dari beberapa buku terkait worldview. Metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif-analisis penulis terapkan dalam penelitian ini. Data-data yang telah diperoleh dan dianalisa oleh penulis kemudian (...)
    No categories
    Direct download (2 more)  
     
    Export citation  
     
    Bookmark  
  38.  24
    Epistimologi kritisisme Immanuel Kant.Syaiful Dinata - 1970 - Kanz Philosophia a Journal for Islamic Philosophy and Mysticism 7 (2):217-236.
    Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pemikiran Immanuel Kant terkait usahanya untuk mendamaikan konflik berkepanjangan rasionalisme dan kelompok empirisme, yang dimana dikemudian hari pemikiran Kant menjadi cikal bakal pijakan awal dari para pemikir setelahnya. Metode penelitian yang penulis lakukan ialah kualitatif dengan pendekatan library research. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah teknik dokumentasi, yaitu dengan cara mengumpulkan data-data berkas penting yang menunjang penelitian baik sumber primer seperti buku Tokoh Filsuf dan Era Keemasan Filsafat karya Nurnaningsih Nawawi maupun sumber skunder lainnya (...)
    Direct download (2 more)  
     
    Export citation  
     
    Bookmark  
  39.  84
    ISLAM POLITIK, MISTIK, DAN KAPITALISME (Analisis Filosofis Pemikiran Tan Malaka).Reza Adeputra Tohis - 2024 - Jinsa: Jurnal Interdisiplin Sosiologi Agama 4 (1):13-23.
    Islam politik sejak peristiwa 11 September 2001 telah menjadi trend dalam wacana Islam kontemporer dan menjadi tema utama dalam ruang-ruang diskusi baik formal maupun informal. Tumpukan wacana Islam politik menyebabkan minimnya pemahaman atas historisitas yang panjang dari islamisme. Padahal dalam historisitas tersebut akan terlihat bahwa banyak pemikir-pemikir Muslim, selain Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha dan seterusnya, yang memikirkan tentang Islam politik. Salah satunya adalah Tan Malaka. Artikel ini mengkaji pemikiran Tan Malaka dalam konteks Islam politik. Penelitian ini menggunakan metode (...)
    Direct download (2 more)  
     
    Export citation  
     
    Bookmark  
  40.  19
    Armada Riyanto, CM Katolisitas Dialogal: Ajaran Sosial Katolik Yogyakarta: P.T. Kanisius 2014, 328 hal.Franz Magnis-Suseno - 2020 - Diskursus - Jurnal Filsafat dan Teologi STF Driyarkara 17 (1):137-139.
    Berikut ini diperkenalkan tiga buku yang ditulis oleh para dosen Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Widya Sasana di Malang tentang bagaimana Gereja Katolik perlu menempatkan diri dalam ruang publik Indonesia. Fokus buku pertama, tulisan Prof. Dr. Armada Riyanto (2014), adalah ajaran sosial Gereja Katolik, jadi ajaran mengenai bagaimana Gereja Katolik memahami panggilannya dalam masyarakat yang sekaligus menjadi ruang publiknya. Sepintas alur buku ini dapat mem- bingungkan karena penulis suka melancong ke pelbagai bidang sam- pingan, apalagi ia tidak menjelaskan susunan (...)
    No categories
    Direct download (2 more)  
     
    Export citation  
     
    Bookmark  
  41.  49
    Diri yang Pra-Deskriptif.Refan Aditya - 2021 - Kanz Philosophia a Journal for Islamic Philosophy and Mysticism 7 (1):1-44.
    Kajian ini mengangkat pemikiran dua filsuf besar yaitu Martin Heidegger dan Mullā Şadrā dalam suatu kajian Filsafat Manusia dengan topik pembahasan ‘Struktur Fundamental Manusia’. Problem yang diangkat adalah bagaimana kesejalanan atau paralelisme gagasan keduanya mengenai struktur fundamental manusia. Penelitian ini berusaha mencari hakikat manusia menurut pandangan Martin Heidegger dan Mullā Şadrā kemudian mensintesiskannya dengan metode paralelisme. Penelitian ini penulis rasa penting, di samping untuk memperkaya dialog pemikiran antar peradaban, juga karena kedua filsuf ini memiliki kesamaan prinsip ontologis dalam fondasi (...)
    No categories
    Direct download (2 more)  
     
    Export citation  
     
    Bookmark  
  42.  10
    Amartya Sen Membongkar Rasionalitas.B. Herry-Priyono - 2015 - Diskursus - Jurnal Filsafat dan Teologi STF Driyarkara 14 (1):38-79.
    Abstrak: Amartya Sen, penerima hadiah Nobel Ekonomi 1998, dikenal sebagai ekonom dengan kontribusi penting dalam pemikiran pembangunan. Ia pencipta Indeks Pembangunan Manusia, yang kini dipakai luas sebagai pengukur lebih lengkap kualitas pembangunan di seluruh dunia. Apa yang jarang diketahui adalah bahwa berbagai pemikirannya diajukan dalam dialog dengan filsafat moral dan epistemologi. Di jantung dialog Sen itu adalah kritiknya terhadap pengertian rasionalitas. Dengan mengkaji kritik Sen, tulisan ini menyimpulkan bahwa proposal Sen bagi konsepsi rasionalitas lebih merupakan pintu masuk (...)
    No categories
    Direct download (2 more)  
     
    Export citation  
     
    Bookmark  
  43.  11
    Estetika Platon Dalam Konteks Revolusi Seni Rupa Yunani.Anita Lawudjaja - 2016 - Diskursus - Jurnal Filsafat dan Teologi STF Driyarkara 15 (2):106.
    Abstrak: Mayoritas pembaca Platon menafsirkan filsafat Platon dalam perspektif dualisme, yaitu terdapat dunia idea (kosmos noetos) yang berlawanan dengan dunia indrawi (kosmos aisthetos). Cara tafsir ini menimbulkan banyak kontradiksi. Dalam estetika, E.H. Gombrich, sejarawan seni yang menelurkan teori Revolusi Seni Rupa Yunani, juga membaca Platon dalam tafsir dualisme. Gombrich menyimpulkan bahwa bagi Platon kontemplasi keindahan dapat membawa kita ke dunia idea yang transenden, sedangkan seni hanya menyenang-nyenangkan, mengelabui indra dan menggoda pikiran untuk terikat pada bayang-bayang. Padahal dalam teorinya sendiri, (...)
    No categories
    Direct download (2 more)  
     
    Export citation  
     
    Bookmark  
  44.  8
    Charles Taylor, A Secular Age, Cambridge, Mass./London: The Belknap Press of Harvard University Press, 2007, 874 hlm.Franz Magnis-Susesno - 2020 - Diskursus - Jurnal Filsafat dan Teologi STF Driyarkara 12 (1):125-130.
    Charles Taylor—yang lahir pada 1931 di Kanada—adalah salah seorang filosof kontemporer berbahasa Inggris paling terkenal. Ia menjadi guru besar di Montreal dan mengajar juga di Oxford. Hampir 20 tahun sesudah dua jilid bukunya, Sources of the Self: The Making of Modern Identity (1989), memperoleh perhatian besar, Taylor menerbitkan buku A Secular Age, sebuah karya lebih raksasa lagi, yang oleh Robert N. Bellah disebut “salah satu buku terpenting semasa hidup saya.” Buku ini menceritakan sejarah sekularisasi di Barat dan dengan demikian juga (...)
    No categories
    Direct download (2 more)  
     
    Export citation  
     
    Bookmark  
  45.  31
    Unsur-unsur Epistemologi ‘Proto-Nyaya’ dalam Bhagavad-Gita.Jeffrey W. Jacobson - 2022 - Diskursus - Jurnal Filsafat dan Teologi STF Driyarkara 18 (2):133-150.
    The Bhagavad-Gita, as a multivalent text, has been a source of inspiration for all areas of Indian thought. This paper identifies elements in the Bhagavad-Gita which may have influenced the formation of Nyaya philosophy in the centuries after it was written. Part one of the paper reviews Nyaya epistemology as a whole, focusing on aspects that play an important role in the Bhagavad-Gita: perception (pratyaksa), inference (anumana), ‘syllogism’, verbal utterance (sabda) and the practical orientation of knowledge. The second part shows (...)
    Direct download (2 more)  
     
    Export citation  
     
    Bookmark  
  46. Mekanisme dan Karakteristik Sistem Kapitalisme(Analisis Filosofis Pemikiran Tan Malaka).Reza Adeputra Tohis - 2023 - Maqrizi: Journal of Economics and Islamic Economics 3 (1):56-67.
    Artikel ini merupakan hasil penelitian mengenai pemikiran Tan Malaka tentang mekanisme dan karakteristik sistem kapitalisme. Tan Malaka memiliki karya-karya yang membahas tetntang sistem ekonomi kapitalisme. Tan Malaka juga merupakan salah satu saksi hidup yang melihat dan megalami bagaimana perkembangan serta efek dari sistem ekonomi kapitalisme. Lebih dari itu Tan Malaka merupakan salah satu tokoh yang melawan kapitalisme sampai akhir hayatnya. Artikel ini menggunakan metode penelitian filsafat dengan teknik analisis studi historis-faktual tokoh yang berfokus pada pemikiran salah seorang filsuf atau (...)
    Direct download (2 more)  
     
    Export citation  
     
    Bookmark  
  47.  27
    Bingkai Kurus Realisme Struktural Epistemik.Karlina Supelli - 2020 - Diskursus - Jurnal Filsafat dan Teologi STF Driyarkara 12 (2):153-190.
    Abstrak: Di tengah-tengah perdebatan panjang antara realisme dan anti realisme dalam filsafat ilmu, realisme struktural (RS) diajukan sebagai gagasan yang terbaik dari keduanya. Versi epistemik RS (RSE) berpendapat bahwa kita memiliki alasan yang baik untuk percaya bahwa teori memiliki struktur yang tepat, yaitu bahwa wujud dan struktur yang dipostulatkan oleh teori betul-betul ada. Namun demikian, RSE tidak mengajukan dakuan epistemik menyangkut hakikat wujud yang melandasi struktur. Semua pengetahuan mengenai dunia fisis adalah pengetahuan tentang struktur. Dalam tulisan ini penulis (...)
    No categories
    Direct download (2 more)  
     
    Export citation  
     
    Bookmark  
  48.  28
    Deconstruction and Religion: Exploring Derrida’s View on Religion.Arokiaraj Joseph Patrick - 2023 - Diskursus - Jurnal Filsafat dan Teologi STF Driyarkara 19 (2):181-196.
    In today’s postmodern world, the idea of having absolute theories or absolute truth is rejected. This has also created a problem of how to explain religion, which is an important part of human nature. Most postmodern philosophers think there is an element of spiritual desire in each human being which is seeking the Wholly Other for its fulfilment. Hence in their own way, they have tried to explain this mystical desire in humans. Derrida has been seen as a major contributor (...)
    Direct download (2 more)  
     
    Export citation  
     
    Bookmark  
  49.  29
    Manusia Dalam Prahara Revolusi Digital.F. Budi Hardiman - 2021 - Diskursus - Jurnal Filsafat dan Teologi STF Driyarkara 17 (2):177-192.
    Abstrak: Perkembangan yang sangat cepat dalam teknologi komunikasi digital telah mengubah pola-pola adaptasi manusia terhadap lingkungannya. Sudah saatnya filsafat merenungkan ciri manusia di era digital ini bukan sebagai homo sapiens, melainkan sebagai homo digitalis. Homo digitalis, berbeda dari sosok manusia pra-digital, mengalami perubahan tidak hanya dalam cara berkomunikasi, melainkan juga dalam cara merespons dunia dan menangkap kebenaran. Penulis memberi paparan fenomenologis yang kritis tentang kerumitan baru yang timbul akibat digitalisasi masyarakat. Dia berpendirian bahwa dampak revolusi digital bersifat (...)
    No categories
    Direct download (2 more)  
     
    Export citation  
     
    Bookmark  
  50.  18
    Ernst Mach Dan Ekonomi Pikiran.Karlina Supelli - 2020 - Diskursus - Jurnal Filsafat dan Teologi STF Driyarkara 11 (1):20-60.
    Ernst Mach stands as a representative figure of the positivist philosophy of science at the turn of the twentieth century, yet he is by far the most misunderstood scientist-philosopher. The misunderstanding is largely caused by his epistemological rejection of the use of hypothetical entities that are ordinarily posited by scientists. He also argued against the mechanistic worldview which dominated scientific investigations in the nineteenth century. This essay will demonstrate that Mach’s positivism differs from the earlier positivism of August Comte. His (...)
    Direct download (2 more)  
     
    Export citation  
     
    Bookmark  
1 — 50 / 301